Rasa percaya diri siswa SDN 06 Pesanggrahan, Muhammad Abrari Pulungan, telah pulih lagi setelah sempat down saat dipaksa menyebarkan contekan Ujian Nasional (UN). Ia kini tidak takut lagi untuk memaparkan kronologi kejadian yang dialaminya.
Abrari tiba di ruangan asisten Kesejahteraan Masyarakat Pemprov DKI Jakarta lantai 23, Pemprov DKI Jakarta, Balaikota, Jakarta Pusat, Kamis (16/6/2011).
Abrari akan buka-bukaan soal dugaan pemufakatan jahat dalam UN di hadapan pejabat Pemprov DKI Jakarta.
Ia didampingi kedua orangtuanya, Aswari Pulungan dan Irma Winda Lubis dan Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, serta anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Wanda Hamidah.
Mereka diterima oleh asisten Kesejahteraan Masyarakat Pemprov DKI Jakarta, Mara Oloan Siregar, Wakil Kepala Dinas Pendidikan Agus Suradika, dan beberapa pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.
"Saya tidak takut hari ini karena saya ditemani Bunda sama Papa," kata Abrari yang mengenakan baju kemeja kotak-kotak warna biru dan celana panjang warna krem.
Wajah anak yang berusia 12 tahun itu terlihat tenang. Siswa yang punya ranking di sekolahnya itu asyik bercakap-cakap dengan Arist terkait kronologi kejadian yang dialaminya tersebut.
"Tadi pagi sebelum ke sini dia nervous, takut. Tetapi, kita sebagai orang tua kasih dukungan pastinya. Saya bilang nggak usah takut. Kalau kamu benar, kamu tidak perlu takut. Yang perlu ditakuti cuma Tuhan," kata sang bunda, Irma.
Dikatakan dia, pertemuan hari ini akan lebih banyak mendengar solusi dari pemerintah terkait penyelesaian kasus ini. "Kita akan menceritakan bagaimana kronologinya dan seserius apa pemerintah membahas dan menangani kasus ini," ujarnya.
Pertemuan saat ini masih berlangsung secara tertutup.
Abrari dipaksa untuk memberikan bocoran jawaban kepada teman-teman sekelasnya. Pemufakatan jahat ini bahkan disusun sangat rapi dengan surat perjanjian untuk tidak mengungkap aksi ini antara siswa dengan oknum guru atas nama Aisyah.
Kejadian itu berlangsung pada tanggal 10 Mei 2011. Namun Disdik DKI Jakarta baru mendapat laporan tanggal 25 Mei 2011 mengenai dugaan kecurangan tersebut.
Abrari mengalami tekanan psikologis karena pemufakatan jahat dalam UN. Orang tua Abrari akhirnya melaporkan kasus pemaksaan tersebut ke Komisi Nasional Perlindungan Anak.
Kasus ini melengkapi kasus Siami, yang anaknya, Alif, 'ditugaskan' memberi jawaban pada rekan-rekannya saat UN. Seiring terbongkarnya kasus ini, Siami diusir dari kampung Gadel, Tandes, Surabaya.
Tampilkan postingan dengan label event. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label event. Tampilkan semua postingan
Rabu, 15 Juni 2011
Jumat, 10 Juni 2011
Sebelumnya Diduga Rumah Prostitusi
Penggerebekan aparat kepolisian di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, sebelumnya beredar sebagai upaya membongkar prostitusi. Ternyata penangkapan itu terkait kejahatan dunia maya (cybercrime) yang juga melanda negara-negara Asia lain, seperti Taiwan, Thailand, Malaysia, dan Kamboja.
Rumah mewah berlantai dua di Jalan Kana II No 17 Sektor 3, Lengkong Gudang, Serpong, Tangerang Selatan, yang sebelumnya diduga dijadikan tempat prostitusi via daring (online), Kamis (9/6), digerebek pihak Kepolisian Sektor Serpong. Dalam penggerebekan itu, polisi menangkap sebanyak 31 warga negara asal Taiwan, 19 diantaranya perempuan berusia remaja.
"Polisi juga menemukan sekitar 25 unit telepon rumah, 3 jaringan internet, 2 speedy, 5 kamar tempat tidur," kata Kapolsek Serpong Kompol Heribertus Oposunggu.
Eka Supriadi, pihak keamanan setempat menuturkan, perempuan asal Taiwan itu kerap keluar rumah menemui seorang lelaki yang sudah menunggu di dalam mobil, tak jauh dari rumah mewah itu.
"Setiap saya mengontrol malam, biasanya perempuan-perempuan itu keluar rumah jam 11 malam sampai 4 pagi," kata Eka. "Malah setiap seminggu sekali banyak yang di-booking (pesan) keluar. Saya sering dibagi duit Rp10 ribu- Rp15 ribu sama lelakinya."
Menurut Eka, Li, penyewa rumah itu sudah mulai menempati rumah milik J sekitar setahun lalu. Kata Eka, seperti disampaikan Li, perempuan yang diduga sebagai wanita seks komersial itu tengah mengikuti pendidikan perhotelan di Jakarta.
Saat ini ke-31 warganegara asing beserta barang bukti sekaligus penyewa rumah Li, ditahan di Polda Metro Jaya. Ternyata aparat kepolisian tidak hanya melakukan penangkapan di Serpong saja. Total ada 170 orang yang ditangkap di berbagai lokasi, seperti dari Bekasi dan beberapa lokasi di Jakarta.
Dari 170 orang warga asing itu, dikabarkan 97 orang berasal dari Taiwan, dan 73 orang asal China. Dari jumlah yang ditangkap polisi itu, 120 laki-laki dan sisanya perempuan. (AD/OL-2) ( media indonesia )
Rumah mewah berlantai dua di Jalan Kana II No 17 Sektor 3, Lengkong Gudang, Serpong, Tangerang Selatan, yang sebelumnya diduga dijadikan tempat prostitusi via daring (online), Kamis (9/6), digerebek pihak Kepolisian Sektor Serpong. Dalam penggerebekan itu, polisi menangkap sebanyak 31 warga negara asal Taiwan, 19 diantaranya perempuan berusia remaja.
"Polisi juga menemukan sekitar 25 unit telepon rumah, 3 jaringan internet, 2 speedy, 5 kamar tempat tidur," kata Kapolsek Serpong Kompol Heribertus Oposunggu.
Eka Supriadi, pihak keamanan setempat menuturkan, perempuan asal Taiwan itu kerap keluar rumah menemui seorang lelaki yang sudah menunggu di dalam mobil, tak jauh dari rumah mewah itu.
"Setiap saya mengontrol malam, biasanya perempuan-perempuan itu keluar rumah jam 11 malam sampai 4 pagi," kata Eka. "Malah setiap seminggu sekali banyak yang di-booking (pesan) keluar. Saya sering dibagi duit Rp10 ribu- Rp15 ribu sama lelakinya."
Menurut Eka, Li, penyewa rumah itu sudah mulai menempati rumah milik J sekitar setahun lalu. Kata Eka, seperti disampaikan Li, perempuan yang diduga sebagai wanita seks komersial itu tengah mengikuti pendidikan perhotelan di Jakarta.
Saat ini ke-31 warganegara asing beserta barang bukti sekaligus penyewa rumah Li, ditahan di Polda Metro Jaya. Ternyata aparat kepolisian tidak hanya melakukan penangkapan di Serpong saja. Total ada 170 orang yang ditangkap di berbagai lokasi, seperti dari Bekasi dan beberapa lokasi di Jakarta.
Dari 170 orang warga asing itu, dikabarkan 97 orang berasal dari Taiwan, dan 73 orang asal China. Dari jumlah yang ditangkap polisi itu, 120 laki-laki dan sisanya perempuan. (AD/OL-2) ( media indonesia )
Langganan:
Postingan (Atom)