Pages

Sabtu, 04 Juni 2011

Reaktualisasi Pancasila Sebaiknya Dimulai dari Pimpinan Bangsa

Keberadaan Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia mulai terdegradasi sejak era reformasi dimulai hingga saat ini. Untuk menghidupkan kembali Pancasila, harus dilakukan reaktualisasi yang sebaiknya dimulai oleh para pemimpin negeri ini. "Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang bertanggung jawab untuk memulai (reaktualisasi) ya pemimpinnya," ujar anggota Komisi X DPR RI, Reni Marlinawati dalam diskusi Polemik Trijaya dengan tema 'Pancasila' di Warung Daun Cikini, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (4/6/2011). "Bukan hanya Presiden dan Wakil Presiden, tapi semua pemimpin di lembaga tinggi negara," imbuh anggota Fraksi PPP ini.
Sementara itu menurut aktivis muda Melki Lakalena, seorang pemimpin harus mampu merefleksikan pemahamannya tentang Pancasila kepada masyarakat. Dengan demikian, hendaknya Pancasila akan kembali mampu menjadi ideologi bangsa."Pemimpin merefleksikan Pancasila sesuai yang ia pahami. Dan Pancasila harus menjadi cetak pikir sosial Indonesia saat ini," tuturnya. Melki menambahkan, reaktualisasi Pancasila juga bisa dimulai dari diri setiap warga negara Indonesia. Yang bisa dilakukan adalah dengan membuat Pancasila menjadi mudah dipahami melalui berbagai macam cara selain menggunakan cara formal di sekolah,juga menggunakan cara seperti melalui acara seni dan budaya, teater, dan sebagainya. "Saya kira kita harus membuat Pancasila menjadi ringan dan mudah dipahami. Kita semua pada kapasitas dan peran masing-masing mencoba menghidupkan kembali Pancasila ini," ucap Melki. Sedangkan Sejarawan JJ Rizal menuturkan bahwa sebenarnya pada tahun 1975, Bung Hatta pernah menyebut keberadaan Pancasila yang mulai dilupakan. Saat era orde baru bangkit, Bung Hatta bahkan bertanya 'Masihkah Republik Indonesia berdasar Pancasila?'. "Sekarang ini adalah orde baru yang baru. Kita harus kembali pada Bung Hatta-Soekarno terutama pada manusianya. Para elit harus berhasil menerapkan Pancasila dan menjadikannya sebagai komitmen," tandasnya. .( Detik edisi 4 juni 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar