Pages

Jumat, 03 Juni 2011

Tak Ada Penjelasan Komprehensif, Pancasila Hanya Sebatas Slogan

Kini, keberadaan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dinilai semakin dilupakan oleh masyarakat. Selama ini penerapan Pancasila dinilai sulit dilakukan karena tidak adanya penjelasan yang komprehensif tentang arti tiap sila yang terkandung di dalamnya."Sejak lahir pada Juni 1945 Pancasila memiliki kesulitan besar untuk diaplikasikan. Penerapan tiap sila-silanya sulit dilakukan, terutama di kalangan elit politik, sehingga saat itu menghadapi kegoncangan politik," ujar Budayawan Radhar Panca Dahana dalam diskusi Polemik Trijaya dengan tema 'Pancasila' di Warung Daun Cikini, Jl Cikini Raya, Jakarta Selatan, Sabtu (4/6/2011).Sejak zaman awal Pancasila lahir hingga saat ini, para pemimpin Indonesia sendiri sebenarnya kesulitan mengaplikasikan Pancasila. Menurut Radhar, hal ini disebabkan karena selama ini Pancasila bagi masyarakat hanya sebatas slogan atau kata-kata saja."Kita hidup hanya dilengkapi slogan yang bernama Pancasila. Tidak ada penjelasan tiap sila-nya dengan komprehensif. Sampai saat ini belum ada,Radhar menekankan bahwa hingga kini tidak pernah ada penjelasan yang komprehensif tentang isi yang terkandung di dalam Pancasila itu sendiri. Hal ini juga yang membuat sila-sila di dalam Pancasila belum bisa menjadi pegangan hidup bangsa ini."Hingga saat ini Pancasila masih belum dapat menjadi pegangan. Bukan Pancasilanya, bukan perumusannya, tapi aplikasinya atau penerapannya yang bermasalah," jelasnya."Jujur masyarakat kita tuh enggak ngerti apa itu pancasila. Cara menerapkannya mereka enggak ngerti.Selain itu, Radhar juga melihat bahwa Pancasila sebenarnya tidak mampu menjawab persoalan yang terjadi terhadap bangsa ini. Dia mencontohkan sila pertama 'Ketuhanan Yang Maha Esa' yang dinilai justru bertentangan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini dengan beragam agama dan keyakinannya."Bagaimana Pancasila digunakan untuk menjawab persoalan negara. Sila 'Ketuhanan' harusnya bisa menjawab persoalan antar agama yang muncul. Tapi karena Ketuhanan bertentangan dengan politik kita. Di Indonesia, agama kan ada lima. Pada tahun 70an, para pemimpin belum mendapat cukup informasi. Ini menjadi tugas bagi kita yang 70 tahun lebih advance."Mestinya Pancasila menjadi satu instruksi untuk menciptakan keberagaman yang fundamental. Tidak mau dong masa yang beragam ini djadikan satu. Prinsip ini tidak mampu menjawab persoalan pluralitas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar