Pages

Minggu, 19 Juni 2011

SD Muhammadiyah 11 mengadakan aksi mendukung kejujuran test

Lebih dari 700 orang yang terdiri dari para guru, murid, dan wali murid SD Muhammadiyah 11 Surabaya melakukan 'Aksi 1000 Tanda Tangan Dukung Pendidikan dengan Nilai-Nilai Kejujuran'.

Aksi yang berlangsung sejak pukul 07.00 WIB di depan Gedung Bhara Whira Sasana Polrestabes Surabaya, tak lepas dari rasa keprihatinan lunturnya kejujuran hampir di setiap aspek kehidupan bangsa, termasuk di dunia pendidikan.

Kasus terungkapnya contek massal di SDN Gadel II Surabaya dan SDN Pesanggrahan 06 Jakarta sesungguhnya merupakan tamparan keras bagi dunia pendidikan di tanah air.
Sekolah yang seharusnya menjadi gerbang kedua setelah keluarga dalam membentuk karakter kejujuran pada generasi muda, ternyata juga tak luput dari virus ketidakjujuran. Yang menarik, dalam aksi ini dua orang personel polisi pun ikut bergabung memberikan tanda tangan sebagai dukungan terhadap aksi dukung kejujuran ini.

Aksi 1000 tanda tangan di kain putih yang dilakukan oleh murid dan Wali murid dari SD Muhammadiyah 11 Surabaya adalah bentuk dukungan dan penghargaan kepada Alif, Ny Siami, Muhammad Abrari Pulungan, dan Ny Irma Winda Lubis yang telah berani mengungkap praktek ketidakjujuran di dunia pendidikan.

"Terungkapnya kasus contek massal tersebut, hendaknya bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk melakukan instropeksi total. Masa karena malu kalau muridnya tidak lulus, maka dengan segala cara dilakukan. Saya kira praktek semacam itu hanya akan membentuk generasi yang rapuh dan tidak berintegritas," ujar Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 11 (Muhlas) Irwan, M.Pd.I disela-sela acara Pelepasan Siswa Kelas 6 dan Pembagian Raport kenaikan kelas 1-5 di Gedung Bhara Whira Sasana Polrestabes Surabaya,Minggu (19/6/2011).

Praktek kecurangan dalam dunia pendidikan sesungguhnya sangat bertentangan dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terutama pada Pasal 3. Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Meski sorot matahari begitu terik saat aksi berlangsung, namun tak mengurangi antusiasme yang besar dari para guru, murid, dan wali murid SD Muhammadiyah 11 Surabaya dalam ikut memberikan dukungan pada gerakan moral ini. Tidak hanya tanda tangan, beberapa wali murid juga menuliskan pesan-pesan moral diatas spanduk, diantaranya: "Cintai Kejujuran, Negara Jujur Rakyat Makmur, Kejujuran Tak Boleh Ditawar, Kejujuran adalah Mutlak".

Rentetan kasus kecurangan maupun bentuk pelanggaran etika yang lain dalam dunia pendidikan, makin meneguhkan bahwa fungsi dan tujuan pendidkan belum sepenuhnya tercapai. Padahal, berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus mengarah dalam pencapaian tujuan yaitu dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan antar persona di lingkungan sekolah, pengelolaan mata pelajaran, manajemen sekolah, pelaksanaan kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana.

"Untuk itu Aksi 1000 tanda tangan dukungan untuk pendidikan yang didasari dengan nilai-nilai kejujuran ini, sebagai bentuk komitmen sekolah kami, para pengajar, majelis, wali murid dan murid untuk bersama-sama mengedepankan kejujuran dan nilai-nilai akhlakul karimah dan memacu potensi anak untuk mandiri," pungkas Irwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar